Sunday, November 15, 2015

Tabungan – Berpikir Jangka Panjang



Pepatah yang sering kali kita dengar:

“Hemat Pangkal Kaya”

“Sedikit Demi Sedikit, Lama-lama Menjadi Bukit

“Berakit-rakit ke Hulu, Berenang-renang Ketepian . .
Bersakit-sakit Dahulu, Bersenang-senang Kemudian”

Hukum alam menyatakan bahwa siapa yang menanam dia yang akan menuai. Seperti halnya menabung, bukanlah hal yang mudah, untuk menjadi kaya dengan sedikit demi sedikit, bersakit-sakit dilegakan dengan menuai.

Memperoleh pendapatan untuk memenuhi kebutuhan, baik primer, sekunder, maupun tersier. Pendapatan yang tinggi mendorong seseorang untuk meningkatkan konsumsi, makanan - dengan memilih kualitas, gizi, dan harga yang lebih tinggi, kendaraan - dari sepeda beralih ke motor hingga mobil maupun pesawat pribadi dengan alasan kenyamaan dan mempersingkat waktu dalam perjalanan, dan lain-lain.

Bagi yang berpenghasilan tinggi, hal itu bukan masalah. Kebanyakan dari kita berpenghasilan menengah ke bawah. Tetapi mereka juga berpikir untuk meningkatkan konsumsi pula, untuk mendapatkan kenyamanan yang mereka inginkan. Boleh-boleh saja, hak asasi manusia.

Kemudian mari kita berpikir jangka panjang, berpikir untuk kebaikan khalayak banyak. Katakanlah suatu ketika salah satu anggota keluarga kita jatuh sakit, perlu operasi untuk menyembuhkannya, taksiran biaya kurang lebih sebesar Rp 12.000.000,-. Angka yang kecil bagi mereka yang berpenghasilan lebih dari Rp 15.000.000,- per bulan, gaji sebulan sudah lebih dari cukup dengan sedikit berhemat dalam konsumsi. Bagaimana dengan penghasilan tidak tentu, minimal Rp 750.000,- per bulan (30 hari).


   Hari   Bulan   Tahun 
Penghasilan  Rp       25.000  Rp     750.000  Rp  9.000.000
Konsumsi  Rp       20.000  Rp     600.000  Rp  7.200.000

   
       Total Tabungan Maksimal  Rp         5.000  Rp     150.000  Rp  1.800.000

Memerlukan waktu sekitar 6 tahun 8 bulan untuk mengumpulkan tabungan senilai Rp 12.000.000,- dengan memangkas semua kebutuhan selain konsumsi, belum lagi kalau si pencari nafkah sakit, apakah si sakit mampu menunggu selama itu ?? Sudah tentu tidak. Alternatifnya berupa bantuan biaya pengobatan dari Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS), tertolong, diobati saja itu sudah cukup, karena ini bantuan, banyak yang memerlukan, harus berbagi, kualitas sesuai dengan harga. Anda bisa memastikan betapa mahalnya obat-obatan. Selain itu, masih banyak yang lebih buruk dari Rp 750.000,-, bisa jadi pengangguran bahkan tunawisma.

Apa yang Anda rasakan jika salah satu anggota keluarga kita jatuh sakit, tetapi Anda tidak memiliki biaya pengobatan yang cukup ?? Ironis, sangat menyedihkan. Inilah alasan menabung yang pertama, untuk biaya kesehatan. Jangan mengatakan bahwa yang berpenghasilan rendah tidak memerlukan perencanaan keuangan, jika ada ya makan jika tidak ya tidak makan. Anda salah besar, justru yang berpenghasilan rendah sangat memerlukan perencanaan keuangan, karena tidak mampu menutup pengeluaran tiba-tiba dalam jumlah yang besar hanya dengan gaji sebulan dua bulan.

Perencanaan keuangan untuk memperhatikan pengeluaran-pengeluaran tertentu yang dapat dipangkas demi kebutuhan masa depan (tidak terduga), biaya pendidikan anak-anak, biaya kebutuhan perbaikan tempat tinggal, dan lain-lain. Di atas semua itu, kebutuhan untuk pelestarian bumi kita tercinta, bumi tempat tinggal kita dan anak cucu kita kelak, mengembalikan Indonesia sebagai paru-paru dunia. Tabungan yang sedikit tidak mampu menjangkau kebutuhan pelestarian, perlu waktu lama sementara kekeringan dan kebakaran hutan tidak lagi bisa menunggu.

Pemikiran jangka panjang ini tidak dimiliki oleh semua orang, memiliki pemikiran jangka panjang tetapi tidak mampu secara materi atau pun sebaliknya. Anda bisa membayangkan seorang mahasiswa IPK kurang dari 3,5 yang belum berhasil lulus dalam 8 semester. Ketika lulus pun kebanyakan dari mereka frustasi dengan perebutan lapangan pekerjaan. Hanya sedikit sekali dari mereka yang diterima. Untuk itulah tulisan ini dibuat, mari berpikir jangka panjang, dan melakukan upaya apapun yang bisa kita lakukan. Air adalah sumber daya yang sangat bisa diperbaharui tetapi tidak dalam sehari dua hari. Kekeringan dan kebakaran hutan sering kali terjadi akhir-akhir ini. Kita harus melakukan tindakan secara nyata, musim hujan adalah musim yang tepat untuk menanam. Sedikit yang kita lakukan, akan banyak berarti ketika ribuan, terlebih jutaan yang melakukannya, seperti satu ikat lidi yang sulit terpatahkan dan mampu menyapu bersih seluruh halaman. Paru-paru dunia bukanlah hal mustahil, kita sudah pernah menyandang gelar itu.

Pemikiran ini tidak bisa dimiliki mereka yang kekurangan materi, frustasi dalam pencarian kerja, meskipun memiliki, jika kekuatan tidak ada, akan sia-sia. Lingkungan pendidikan yang sangat tepat untuk menanamkan pemikiran ini sebagai perwujudan, penularan patriotisme dan nasionalisme. Persatuan Indonesia menjadi inti keberhasilan Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia melalui kepedulian terhadap Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).

No comments:

Post a Comment